Krisis air jadi tantangan yang nyata pada masa pergantian hawa serta meningkatnya permintaan hendak sumber energi alam buat penuhi kebutuhan populasi.
Sebagian negeri paling utama di Timur Tengah serta Afrika Utara sudah dihadapkan pada krisis kekurangan air yang parah.
Bagi informasi dari Aqueduct Water Risk Atlas dari World Resources Institute, negara- negara di daerah tersebut terletak pada resiko paling tinggi mengalami krisis air yang parah dalam sebagian dekade mendatang. Berikut ini catatan negaranya.
10 Negeri dengan Resiko Krisis Air Paling tinggi di Dunia:
1. Qatar
Qatar merupakan negeri gersang dengan curah hujan tahunan cuma dekat 82 milimeter. Keadaan ini membuat Qatar secara natural hadapi krisis air.
Qatar jadi negeri awal dengan ancaman krisis air paling tinggi sebab mengkonsumsi kelewatan serta pemborosan air. Negeri ini mempunyai tingkatan pemakaian air dalam negeri paling tinggi di dunia, dengan rata- rata 430 liter air yang disantap tiap hari oleh suatu rumah tangga.
Tidak hanya itu, banyak air digunakan buat melindungi tumbuhan supaya senantiasa sehat buat menutupi tingkatan curah hujan yang rendah.
2. Israel
Israel mempunyai salah satu teknologi serta aplikasi pengelolaan air terbaik di dunia. Negeri ini memproduksi nyaris 85% air minumnya dari air laut ataupun air payau lewat desalinasi skala besar.
Tetapi, terlepas dari pengelolaan airnya yang baik, negeri ini menempati urutan paling atas dalam catatan negeri yang berisiko hadapi krisis air.
Pergantian hawa serta permintaan yang sangat besar buat memuaskan dahaga negeri yang berkembang serta tumbuh pesat diperkirakan hendak membuat sistem tersebut terletak di dasar tekanan besar.
3. Lebanon
Lebanon dikala ini lagi mengalami krisis air yang hebat dengan diperparah oleh kejatuhan ekonomi yang menyerang negeri tersebut.
Bersumber pada informasi UNICEF, dekat 70% populasi negeri itu mengalami kekurangan air yang kritis. Sedangkan pada 2019, harga air di Lebanon bertambah 8 kali lipat.
Lebanon pula mengidap sistem pengelolaan air nasional yang tidak efektif dengan permasalahan semacam minimnya pemeliharaan serta peraturan hukum, kehabisan air yang tidak terhitung, serta pemadaman listrik yang selalu.
4. Iran
Krisis air di Iran terjalin sebab curah hujan tahunan yang rendah, curah hujan yang kurang baik serta pola distribusi air permukaan, pergantian hawa, dan ketidakstabilan ekonomi serta politik di negeri tersebut.
Dalam 20 tahun terakhir, Iran sudah kehabisan lebih dari 200 km kubik air yang tersimpan, sedangkan permukaan air tanah pula turun dengan kilat dengan rata- rata 28 centimeter per tahun.
Dikala ini, 77% tanah di Iran mengidap kekeringan antropogenik sebab pemakaian air tanah 3 kali lebih banyak daripada tingkatan pengisian ulang natural.
5. Yordania
Krisis air Yordania diperparah dengan bermacam sungai serta sumber air natural yang makin menurun. Dengan nyaris 60% pasokan air Yordania berasal dari akuifer yang dieksploitasi secara kelewatan ini serta pergantian hawa terus menjadi memperumit permasalahan, Yordania mengalami kelangkaan air yang besar dalam waktu dekat.
Akuifer merupakan susunan yang ada di dasar tanah yang memiliki air serta bisa mengalirkan air.
6. Libya
Sebagian besar negeri yang ditutupi oleh Gurun Sahara menerima curah hujan yang sangat kurang baik. Sepanjang sebagian dekade, penduduk Libya tergantung pada akuifer dasar tanah buat memperoleh air bersih.
Negeri ini mengalami krisis air sebab kesalahan pengelolaan sumber energi air yang parah serta banyaknya tantangan lain semacam layanan yang menyusut secara signifikan, bisnis yang kandas, serta sistem perbankan yang kandas.
7. Kuwait
Akuifer dasar tanah di negeri ini sangat krisis serta kilat habis. Krisis air hendak terjalin sebab perkembangan populasi yang menuntut kenaikan jumlah unit desalinasi buat penuhi kebutuhan.
Tidak hanya itu, pergantian hawa serta penyalahgunaan air terus menjadi tingkatkan tantangan yang dialami Kuwait di masa mendatang.
8. Arab Saudi
Dengan mengkonsumsi air tawar per kapita paling tinggi ketiga di dunia, Arab Saudi saat ini memproduksi lebih banyak air desalinasi daripada negeri lain mana juga.
Penipisan simpanan bahan bakar fosil di masa depan bisa menempatkan negeri ini dalam suasana yang menantang di masa depan serta menguji ekonominya buat penuhi kebutuhan air.
9. Eritrea
Curah hujan sangat bermacam- macam di segala Eritrea, dengan rata- rata curah hujan tahunan cuma dekat 16- 20 inci. Lebih dari 80% populasi miskin Eritrea kekurangan akses ke air bersih buat kebutuhan bawah semacam memasak, mandi, serta minum.
Suasana kekeringan yang bertambah di negeri tersebut sudah mengganggu sumber energi air yang ada, sehingga hendak terus menjadi membahayakan nyawa di negeri tersebut.
10. Uni Emirat Arab
UEA merupakan salah satu negeri yang lumayan maju, tetapi mempunyai permasalahan pada zona sumber energi airnya. Semacam mayoritas orang sebelah di kawasan Timur Tengah, pemakaian kelewatan mengusik sumber energi air yang ada di negeri itu.
Dengan sedikit curah hujan serta sumber air permukaan, negeri ini cuma tergantung pada desalinasi serta akuifer air tanah buat kebutuhan airnya.
Sumber: Detik.com